Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Quots

Gambar

Sastra Itu... (Kata Mutiara)

1. Untuk terbang itu tak perlu sayap yang indah, cukup sayap yang mampu mengepak bersamaan. (Kayla larasati) 2. Tak perlu memahami hikayat- hikayat cinta hingga berbusa, cukup memahami sastra , kau mampu mengubah dunia (Jingga widuri) 3. Satu per satu huruf merekat menjadi susunan kata indah dalam sastra merasuk ke setiap jiwa insan nan suci (Chandra Kirana) 4. Cinta adalah ketika sebuah kata mampu menghidupkan jiwa yang mati menjadi hidup kembali(RA.Kianuraini) 5. Tulisan ku ini menjadi saksi kerinduan yang terpendam ( Yisd) 6. Sastra bukan hanya soal bahasa namun lebih dalam daripada itu. Sastra bukan hanya tentang kata namun lebih bermakna daripada itu. Jika kau tak setuju,aku tak perduli (Dhiya nafeesa) 7. Biarkan sastra menendangmu dari khayalan, daripada kenyataan menendangmu keluar dari sastra. (Lice) 8. Sisipkan ejaan kata yang merasuk jiwa ke dalam muara sastra. (Bryele) 9. Waktu sudah gemetar, mengapa hanya diam? Mari bergabung bersama kami. (Masam) 10. Den

Antara (Puisi)

A.T Dia bilang hujan takan turun hari ini Karena awan telah berdamai dengan hati Serta rintiknya bersembunyi Tetapi kau bilang langit berhianat lagi Mendungpun tengah bergelut tanpa henti Hingga rintiknya tengah menuju bumi Kini aku bingung sendiri Nestapa tak tahu pasti Ketika pikiranku terjebak ilusi Dia datang menggenggam secorong es krim menggugah hati Dan kau? Berjalan santai membawa secangkir kopi Ahh, bingung menyergapku kembali Aku seperti dalam jeruji besi Menatap dua pasang kaki menghampiri Ampun, jangan buat aku tak enak hati

Untukmu Aksara (Puisi)

Nur Septiani Wulandari Kulihat bayangan indah dalam rembulan Menari nari di atas awan putih yang hitam Menarik ego dalam pikiranku tuk mengikuti denyutan suara gendang dan kecapi Membawa gerak tubuh ini tuk bersandiwara Satu langkah jemari kaki beranjak dari tidurku Memasuki ruang kosong tanpa harapan Ku buka pintu pertama dalam gelap tanpa lilin Ku melihat serangkaian kata-kata indah dalam balutan sastra Lilin datang menghampiri suara risauku Ku buka pintu kedua dengan sedikit cahaya Ku mendengar alunan suara lembut dalam sukmaku Datanglah sebuah panggung sandiwara Sebuah jawaban dalam pertanyaan-pertanyaan nyeleneh Kulihat dengan seksama kata demi kata yang terucap dalam bahasa tubuh Sepasang tangan yang tiba tiba menggenggamku dalam gelap Membuatku terbelalak dan berlinang air mata Ia membawaku masuk lebih dalam menuju gerbang tinta Mencampuri pikiran dan hati dengan sebuah kata Mengiringi hari-hari dengan dunia khayalan dalam bacaan Mengajak menuju gerbang keag

Tentang Jer di Balkon Tenggara (Puisi)

Oleh : Dewi Hardianti Hingga uban kering ditampar angin Ia setia meringkuk di papiliun Menyaksikan mawar berhamburan Membagi balutan dan sayatan Ingin sekali ia meloncat pada Jer di sana Apa daya dalamnya pincang hingga buta semua orang Merengek sekian abad menunggu disentuh hingga jasad Sampai kelelawar tertidur di malam kelam Melambai pada kuda yang berlari kecang Ia menanti pengembalian yang tak kelar Tetap mengejar wajar yang tiada di bayar Ia ketinggalan Ia tak kelihatan Jer menari dengan tetangga Berpesta di balkon tenggara Sedang ia bersenandung di neraka Tasikmalaya, April 2016

Suara Hati (Puisi)

Karya: Indah Ratnasari Bukalah mata hatimu Berkacalah pada wajah di depanmu Yang terluka penuh nestapa Buka telinga hatimu Tuk mendengar suara-suara disekelilingmu Yang ingin bercerita tentang hilangnya hati manusia Gelap dunia ini semakin gelap Hati manusia tak dapat bicara Tertutup mega-mega kuasa Buka mata hatimu Buka mata jiwamu Buka telinga hatimu Buka suara hatimu Buka suara telinga hatimu

Untuk Anandaku di masa depan (Puisi)

Anandaku, Ini separuh jiwamu dimasa lalu Ini rupa yang kau anggap maling di masamu. Ini rupa yang kau anggap serakah di masamu. Maaf ...... Maaf, Nak! Uyut paham, Sejuta kata maaf tak kan pernah terbayar Kebahagiaan dimasa depan kami renggut Uyut serakah, Nak! Sibatu hitam telah kami bakar habis, Cairan bau busuk namun mudah kami habiskan demi menunggangi si lambo, Binatang binatang menjadi santapan begitu lezat, Pabrik pabrik udara kami potong habis, Habis, habis, habis, Nak! Sengsara..... zamanmu sengsara nak, Pom cairan busuk zamanmu sepi dari keramaian. Kini, Kamu naik onta lagi. Miris, Nak! Sadar.... Kini, Uyut jaga alam Esok, Kutitipkan alam padamu dan Kutitipkan kamu pada Sang pencipta alam semesta                                              (Elis Nurul Huda, 22 September 2017)

PUISI KAMARKU (Puisi)

Karya : Atik Melani Lengkap sudah kita Kau menyukai sastra klasik Aku menyukai sastra modern Kau menguasai teknologi Aku? Tak semua teknologi ku kuasai Kau mampu lantunkan kitab-Nya Aku? Belum mampu melantunkan apapun Kau pintar Aku pun begitu ku rasa Kau anak pertama aku pun sama Jodoh takkan jauh dari cerminan diri Ya aku rasa begitu Sebuah keyakinan yang entah berasal dari mana Ku rasa kaulah jodohku Kau slalu mengingatkan Akan asa yang ingin segera kau bina bersamaku Apapun yang kau bicarakan Kau arahkan kesana Dan itu selalu Andaikan Andai bisa ku berkata Akupun sama menginginkan apa yang kau inginkan Bersimpuh bersama Berirama bersama Bersama Ya Hanya bersamamu Bersama kita lewati dunia

Jumat Setelah Setengah Dasawarsa (Puisi)

oleh Dewi Hardianti Sekian kali Jumat Terikat yang mungkin hasrat dan kini di delapan pada hujan bulan empat Aku ingat Jumat yang lebih dari setengah dasawarsa Tentang bahagia entah petaka Ketakutanku ialah jangan berakhir sepertinya yang bertahan enam puluh delapan jam dan membekas terlalu dalam Jumat di enam belas lima dua Tepat jiwaku berani melangkah Memberi kalimat sederhana penuh makna Sebait doa dititip lewat angin Yang entah ke kota timur atau terbuang di pucuk beringin Dan padamu tuan Selalu ada jawaban perihal kepercayaan Mengubur ragu bekas lalu Cerita abu yang takkan bertamu padamu Jumat Aku bahagia teramat Tasikmalaya, 8 April 2016

Langgar Ikrar (Puisi)

Ketika tangan kau memegang erat tanganku Kau ucapkan ikrar Seakan akan tak mau melanggar Kini, sepertinya kau lupa ikrar Dan mau menghajar Siapa hati tua tak luka Diseparuh jiwa kau buat luka Akan ku sudahi kalian Agar tak ada luka keduakalian                                                              (Elis Nurul Huda, Agustus 2017)

Eternal Live (Puisi)

Karya: Indah Ratnasari Bunga indah terjaga terali besi Mudah untuk dekat Begitu sulit untuk disentuh Tak dapat dilihat, namun sangat sejuk dirasakan Api di dalam jerami yang tak dapat dipahami Terkutuklah kau bila mudah melupakannya Terhinalah jikalau engkau diacuhkannya Bertaubatlah apabila memang kau melukainya Berbahagialah jika dapat abadi hidup dengannya Hiduplah kau bersama cinta yang kau punya untuknya

Dengarlah (Puisi)

Teriknya kembali menyilaukan Menutup pintu mataku Hatiku luluh lantah Terkapar sinarmu yang menyibak kalbu Hai mentari Dengarlah! Dengarkah? Sapaan diamku kala senyummu timbul di ufuk timur? Ia terus berteriak Berharap kau ku gapai, Namun nyatanya sulit tergenggam Tasikmalaya, 24 September 2017 Pukul 21.42 WIB

Tuhan, Bukan “D-ia” yang Ku Mau (Cerpen)

Pagi ini matahari terbit membawa benih cinta yang pekat. Samar-samar terdengar lantunan indah dari kamar ibuku. Suara itu selalu tepat waktu membangunkanku di pagi hari. Suara ibu membaca Al-Qur’an. Keluargaku bukan keluarga kaya, ayah berhenti bekerja saat sepuluh tahun lalu divonis sakit jantung, kini aku dan ibuku lah yang mencari nafkah bagi keluarga ini. Pagi hari, rumah akan ramai seperti pasar. Ibu melayani keperluan ayah sambil bolak-balik ke dapur, keempat adikku sibuk mempersiapkan perlengkapan sekolahnya masing-masing. Aku sendiri pun sibuk dengan diriku, tuntutan berangkat lebih awal, agar tak terlambat bekerja. Ah, seharusnya gadis seusiaku sedang asik kuliah tanpa beban bekerja, tapi tidak untukku. Aku harus kuliah sembari bekerja sebagai staff tata usaha di salah satu sekolah swasta ternama di kota ini. Aku pikir,  aku sedikit beruntung. Perlahan-lahan aku mencoba mengerti, betapa sulitnya mencari sesuap nasi, membuatku lebih bersyukur dan menghargai jerih payah ayah

Kemacetan di Indonesia (Artikel)

Oleh: Yulia Indra Sari Dewi Selasa, 17 Oktober 2017 – 19.45 WIB Kemacetan merupakan pembahasan yang hangat dibicarakan oleh setiap orang. Di Indonesia sendiri banyak kota – kota besar yang sering terjadi kemacetan. Seperti di Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya. Kemacetan ini terjadi bukan hanya ketika hari libur nasional ataupun hari – hari tertentu tetapi setiap hari pun terjadi kemacetan. Di jakarta sendiri kemacetan merupakan hal yang sudah biasa bagi warga jakarta dan sekitarnya. Banyaknya transportasi pribadi membuat kemacetan semakin parah. Tidak mengenal waktu baik itu pagi, siang, sore ataupun malam, kemacetan terjadi setiap saat. Sementara itu penggunaan transportasi umum semakin rendah karena banyaknya pengguna yang menggunakan transportasi pribadi. Banyaknya warga yang menggunakan transportasi pribadi dikarenakan kenyamaan dan keamanan penggunaan transportasi umum yang kurang terjamin. Banyaknya kejahatan di transportasi umum membuat warga memilih memakai transpo

Rendahnya Mutu Pendidikan Zaman Now (Artikel)

Oleh: Neneng Widya Sopa Marwa Meninjau pendidikan zaman now atau zaman sekarang banyak sekali  faktor penyebab menurunnya mutu pendidikan. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki kualitas pendidikan yang rendah. Hal ini dilihat dari data hasil perhitungan UNESCO. Ada beberapa faktor atau penyebab yang harus diperhatikan terkait rendahnya mutun pendidikan zaman now di Indonesia. Yang pertama, pembelajaran hanya terpaku pada buku. Sekilas menilik pembelajaran di Indonesia belakangan ini, beberapa tahun sebelumnya sudah mengalami beberapa perubahan kurikulum. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun, adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah ? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak jaman dulu masih memakai kurikulum buku paket. Hal ini menimbulkan dampak berpikir siswa yang tidak kreatif. Mengapa ? karena siswa memiliki persepsi bahwa dengan menguasai buku paket itu diharapkan memiliki nilai yang sesuai ser

Pemikiran yang Harus Tertanam pada Generasi Milenial (Artikel)

Dewasa ini, generasi milenial sedang menjadi momok pembicaraan masyarakat. Topik mengenai generasi milenial cukup hangat diperbincangkan untuk saat ini. Lalu, sebenarnya siapakah generasi milenial itu? Ya, generasi milenial dikenal juga dengan sebutan generasi Y. generasi Y merupakan sekelompok orang yang lahir setelah generasi X yaitu orang-orang yang lahir kisaran tahun 1980-2000an. Jadi, jika dilihat dari umur, generasi Y sekarang berumur 18-38 tahun. Mengapa generasi milenial dianggap spesial saat ini? Karena generasi milenial lahir ketika teknologi sudah berkembang pesat, seperti : TV berwarna, smartphone, dan internet. Di Indonesia, dari 255 juta penduduk pada tahun 2017 tercatat 81 juta merupakan generasi milenial. Wow! Angka yang cukup banyak jika generasi milenial dididik dengan sebetul-betulnya. Dengan begitu, Indonesia mendapatkan banyak kesempatan untuk dapat membangun negara menjadi lebih maju lagi. Namun, kemanakan perginya generasi milenial? Untuk saat ini dapat dili

Yuk Menulis Asik

Menulis' Apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar kata tersebut? Menulis merupakan suatu bentuk mengekspresikan diri. Kebanyakan orang menghindari untuk menulis dengan berbagai alasan. Mereka mengatakan bahwa menulis itu sangat sulit dan harus banyak berpikir. Maka dari itu mulailah tanamkan pikiran bahwa siapa pun bisa menulis asal mau giat berlatih. Menulis merupakan kemampuan yang membutuhkan kerja keras. Bukan sekedar bakat. Betapa pentingnya menulis, karena dengan menulis orang tidak hanya menuangkan gagasan, ide, atau perasaannya saja tetapi juga dapat menggali serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang novelis Indonesia Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Ada hambatan yang sering dialami ketika menulis. Entah dari waktu, perasaan malas, mood, dan masih banyak lagi. H