Surat Putih dan Keajaiban (Cerpen)
Karya: Fujiasep Sore itu, kulihat Ayah sedang duduk termenung di halaman rumah. Kali ini, tatapannya berbeda. Tanpa banyak berfikir aku menghampirinya. Ayah melihatku dan berpura-pura tersenyum. Wajah itu, wajah yang aku benci. Senyuman manis Ayah yang penuh dengan kebohongan, menjadi jurus andalan ketika aku datang menghampiri Ayah yang sedang tersenyum. "Ayah kenapa?" tanyaku. "Kenapa gimana? Ayah gapapa kok, sayang." jawab ayah. Tanpa banyak bicara, aku hanya menatap Ayah. Ayahku memang pandai sekali menyembunyikan perasaanya. Itu yang membuatku terkadang membenci salah satu dari sifat Ayah. Sejenak aku berfikir, apa memang karakter semua laki-laki seperti Ayah? Jika iya, aku harap pendampingku nanti tidak seperti Ayah yang selalu tersenyum di balik keresahan hatinya. Keesokan harinya, aku mendapati sepucuk Surat di kamar Ayah dan Ibu. Aku memang mampir ke kamar Ayah dan Ibu untuk meminta izin karena akan pulang malam hari ini. Ketika melihat sepucu