Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Sadarkah ( Puisi)

Sadarkah Karya: Dhiya Nafeesa Lembar putih tak lagi seputih dahulu, bukan hitam bukan juga kusam Goresan tinta tak lagi setajam dahulu, disepelekan bahkan tidak diperdulikan Seni yang diukir tak lagi berbentuk, sulit sekali diatur Bukankah seperti itu pendidikan saat ini Sadarlah… Ia merindukan kita Mereka membutuhkan kita Jangan sampai terbawa nikmatnya kekuasaan, melupakan apa yang harusnya ditegakkan Berhentilah mengeluarkan bulir-bulir bening berisi kekecewaan, hanya meratapi dan berdiam diri Ayo.. Kembali rangkul mereka Membentuk kembali yang hampir tak berbentuk Membangun kembali yang hampir tidak diperdulikan

Berharap BIsa Menembus DImensi Yang Berbeda (Puisi)

Berharap Bisa Menembus Dimensi yang Berbeda Karya: Unday Walaupun ketiadaan merupakan sebuah takdir dari sang pencipta Tetapi hati selalu yakin bahwa dirimu ada Meski tak lagi bersama di alam yang sama Tepat hari ini kau lahir ke dunia Ada rasa senang dan sedih menggelora             Gejolak hati meraung merindukan dirimu di surga             Harapan bertemu hanya sebatas mimpi sahaja             Kehilanganmu membuat diriku sadar             Tidak selamanya kehidupan sejalan dengan yang diinginkan             Manusia lahir dan berujung pada kematian Hanya doa dan harapan yang selalu ku panjatkan Untuk dirimu yang selalu kurindukan Ketika waktu berjalan terlampau cepat lantas memisahkan kita Tanpa disadari hingga pada akhirnya tak ada yang lebih tangguh Dari kekuatan doa             Berharap bisa menembus dimensi yang berbeda             Selamat ulang tahun untuk pahlawanku tersayang                  Lihatlah kini putrimu telah beranjak

Bu,Mengapa Aku Berbeda? (Puisi)

Bu, Mengapa Aku Berbeda? Karya : Noviyanti Bu, Orang bilang aku adalah seorang   gadis dungu Seorang gadis tanpa sekali pun menyentuh ilmu Mereka bilang dunguku kian tak terkendalikan Menepi hanya ketika lontaran cacian yang ditinggikan Berbalik hanya ketika pundak yang di sapa Bu, Orang bilang aku adalah seorang gadis bisu Seorang gadis tanpa suara jika mengadu Mereka bilang bisuku sungguh menyulitkan Menyahut hanya dengan anggukan dan gelengan Konyolnya hanya dapat melemparkan senyuman dan tangisan Bu, Orang bilang aku adalah seorang gadis buta Berjalan ditemani tongkat sebagai mata Mereka bilang butaku sangat merugikan Tanpa sadar langkahku mengayun menghancurkan barang kesayangan Bahkan kadang menabrak dinding dan memecahkan kaca Bu, Padahal aku ingin seperti mereka Memahami penjumlahan dua tambah tiga Mengutarakan sahutan meski sekedar ungkapan ‘ya’ Memandang jalanan agar tiada sesat kaki melangkah Tapi bukankah itu m

Kiwari (Puisi)

Kiwari Karya : Anavaa Sunda nu dicinta Ngebréhkeun rasa nu taya hartina Euweuh nu disangkal deui Nonoman kur saukur jentul na Boa aya nu apal hartina astana Meureun pikirna wangunan megah jeung emas eusi na Boa aya nu apal hartina waruga Pikirna kur nepi ka warung jajanan ala Korea Réngkak paripolah Siga anu enya Padahal otak taya eusi na Kekinian caritana Basa indung jadi korbanna                                                                                                             Tasikmalaya, 27 Desember 2019

Sesuatu (puisi)

SESUATU karya : Starla Ku sadar Banyak kotor dalam jiwaku Banyak najis dalam badanku Ku tidak suci Ku ingin Ingin kembali kejalanmu Tuhan Apakah manusia kotor ini masih diterima olehmu ? Tingkah laku yang masih seperti bajingan Dan tutur kata yang sering tak sopan Tapi ku tak segan Untuk memohon ampunan Starla. Tasikmalaya, 26 Desember 2019

Siapa Aku (Puisi)

Karya: IchaOcus Terkikis sunyi menuai ironi Derai air mata tak mampu mengurai Kisah pilu yang membelenggu Dalam pusaran waktuku termangu Ketika raga tak berjiwa Tersemat belati dalam asa Menggoreskan tanda tanya Pada tinta yang terus menerka Oh, bebal Percuma aku datang lebih dulu Jika kian jauh aku meramu Kian sukar menyokong nestapa Keping prasangka nian pelik Ketika keraguan bermuara pada diriku Dalam labirinku memekik Siapa sebenarnya aku Kutatap diriku dalam nanar Lihat, diriku menjadi sangar Lihat, bayanganku mengagahku Kupikir kini aku bukan lagi aku

Menuju yang Dituju

Karya: Rillion  Berjalan pelan meski tak bisa berlari, sambil menghitung jejak yang pernah dilalui. Ternyata, ada masa lalu yang tertinggal. Ingin kuputar arah, tapi enggan mengundang masalah. Aku terdiam, berpikir walaupun sebagian otakku habis dimakan masa. Aku masih berpijak di atas tanah. Menghitung setiap butir debu yang membuatku bisu. Tidak ada yang baik-baik saja di sini, pun yang di sana pasti sedang mengharapkan yang terbaik. Aku berusaha menghentikan yang telah berakhir. Mencoba melangkahkan kaki dengan memupuk rasa ingin kembali. Tidak berat ternyata, kaki ini melangkah. Termasuk hati kian melepas dari ketidak hati-hatian. Sudah saatnya langkah ini menuju yang dituju, dan itu adalah kamu. Belum usai perjalanan ini. Ada kalanya yang datang silih berganti. Pilihannya, ingin bertahan atau ditahan? Jika bertahan karena ber-Tuhan sudah semestinya dipertahankan. Tetapi, jika ingin ditahan karena menahan, sudah pasti batang yang besar akan terkalahkan oleh ranting yang tertiup a

Selamat Ulang Tahun (Puisi)

Karya:Nirmala  Saat Sang Maha Cinta Memanggil yang dicinta Suara berat mulai sayup Tangis tak mampu dibendung Duka tiada berujung Namun kau tidak benar tiada Ada dalam setiap rintih do'a Pada Sang Pencipta Selamat Ulang Tahun Ayah Semoga Sang Maha Kasih Mengampuni lupa juga menghapus duka Semoga ayah bangga Padaku di sana di pangkuanNya

Pesan Bagi Pengembara (Puisi)

Karya: Mia R Wahai pengembara.. Tahukah kau, tua atau muda bukanlah batasan pertemanan Berjabat tangan sekedar berkenalan saat jumpa diperjalanan Melontarkan salam pada setiap yang beriman Atau bahkan melukiskan bahagia ternyaman Wahai pengembara.. Hindari bermain dengan pedang waktu Namun nikmati setiap proses langkahmu Menapaki terjalnya jalanan berliku Cukup perhatikan dan rasakan itu Wahai pengembara.. Hadirkan ketulusan dalam bekerja Tunaikan tugas dengan ikhlas dan cinta Langitkan doa diujung pagi dan senja Sebagai rasa syukur pada yang kuasa Wahai pengembara.. Tetaplah menjadi permata yang indah Di lingkungan sampah atau istana megah Merayakan pesta dengan meriah Lalu menarilah dengan gaun yang mewah Tasikmalaya, 26 Desember 2019

Euphoria (Puisi)

Karya: Linzy  Kembang api itu rayuan indah untuk menari  Seakan membuang ribuan dosa yang telah terlakoni  Suara terompet bak menghanyutkan miliaran manusia  Dalam nuansa gelap gulita nan riyuh gemuruh  Menyambut pena hitam diatas kertas putih  Tuk merekam kenangan dalam tulisan  Bulan awal mengayuh kecepatan tuk bersapa  Mengawali percakapan indah menggoda  Memberi senyum seakan takan memberikan luka  Terlihat sama seperti tahun sebelumnya  Cih kata sia aku berkata  Lorong hitam itu memudarkan pandangan  Membeli jarak tuk membayar rindu  Terlihat bayangan tunduk di kegelapan rolong  Sesekali memandangi si aku dengan tamu baru  Ternyata ia datang tuk mengucapkan perpisahan  Dibumi terlalu berisik katanya  Terlalu lambat untuk berlari  Namun rakus dan terlalu ambisius  Maaf terucap darinya Untuk luka dan harapan yang tak terlaksana  Ia berjanji akan datang lagi dengan tamu baru yang akan mendampingi

Red Yukata (Cerpen)

Karya: Haira                Suatu pagi yang cerah di bulan Juni , di musim panas yang begitu terik di negeri Jepang ,aku berjalan menelusuri kota Tokyo. Tanpa aku sadari seseorang menepuk pundakku dari belakang, seorang lelaki bertubuh tinggi , berkulit putih , dengan potongan rambut yang khas , dan aroma parfum yang sudah sangat aku kenal dari dulu , kini berdiri di belakangku . Dia Kenzo sahabatku dari kecil , sudah sangat lama aku mengenal dirinya, aku bertemu Kenzo saat musim dingin dan salju menyelimuti Jepang, saat itu aku kedinginan dan tidak mengenakan jaket , saat itu Kenzo memberikan jaketnya padaku , saat itulah aku mulai mengenal dirinya.                 Namaku Keiko , aku lahir di Indonesia tepatnya di daerah Jawa Barat , aku tinggal di Jepang karena Ayahku berasal dari negara ini, sementara ibuku sama seperti ku lahir di tanah Indonesia. Keluargaku memiliki restoran terkenal di Jepang , setiap harinya pengunjung tak henti-hentinya bergantian datang ke restoran kam

Perasa (Puisi)

Karya: Meisie Nesya  Rasanya aku sudah hampir letih dengan rasa Seakan rasa selalu tak ingin berpihak padaku Rasa bisa hilang dengan ditepis jarak yang membeku Dan rasa juga bisa hilang dengan waktu yang kian membisu Aku pernah memelihara rasa Menjaganya agar tetap ada Memastikannya untuk tetap setia Namun nyatanya, rasa telah menghianati Rasa telah hilang mungkin karena caraku yang begitu dini Lalu seseorang baru saja berkata Bahwa aku tidak berhak memiliki rasa Rasa yang terlalu berbahaya Aku ini sebagai bangsat yang tak tahu disukarnya Dan rasa berhak untuk pergi dari sarangnya Saat ini, acap kali ku katakan pada hati Jangan cepat merasa Jangan cepat terkena pilu Jangan cepat menimbang rasa Segalanya akan kuyakinkan Agar rasa tidak menghakimiku Agar rasa tidak cepat menorehkan luka pada hati Semoga kiranya rasa ini selalu bersahabat Dan di lain hari aku bisa berbahagia Tasikmalaya, 26 Desember 2019 

Jiwa Muda (Puisi)

Karya:Nagatha  Pagi yang cerah, secerah harapan yang kan kau gapai Menyatu dengan kicauan burung yang membuat hari bergairah Semangat menginjakan kaki pada jalanan lurus nan mulus Menyatu menjadi satu dari berbagai penjuru Untuk sebuah misi yang sama ... Bergegas menuju sebuah tempat  yang penuh cakrawala Berjajar rapih mengisi deretan dibawah kibaran sang saka Mentari pagi pun kian tersenyum, Melihat deretan jiwa mudah yang siap berkarya Wahai jiwa muda, Semangat berkarya mu jangan kau biarkan rapuh karena asa, Asa mu sudah didepan mata Satu langkah kau mundur, sia-sia! Hanya tinggal penyesalan yang akan ada

Sebelah Mata (Puisi)

Karya: Kharsa  Dikala hati tak dihargai Disitu saat yang tepat untuk angkat kaki Dikala hati mulai diabaikan Disitu saat yang tepat untuk meninggalkan Seringkali aku merasa dibui oleh keadaan Karena sikapmu yang tak mau tau aturan Mengertilah ini bukan sebuah gurauan Aku tak ingin ada jiwa yang terpatahkan Apa kau memahami? Goncangan cinta kini diuji Tak ada yang perlu diperbaiki Karena semuanya telah terbagi Bukan tak ingin memperjuangkan Namun rasa yang mengajakku meninggalkan

Aku Pergi (Puisi)

Karya: MedalLux Hari ini hari yang berbeda dengan sebelumnya Aku bergegas mempersiapkan semuanya Hari ini aku harus pergi Pergi meninggalkan kota yang membesarkanku Berat rasanya untuk pergi Tapi ini harus aku lakukan Untuk menimba ilmu di negeri orang Juga membanggakan keluargaku Dalam bayangku selalu teringat Teringat masa masa indah dikota ini Teringat kenangan kenangan pahit dikota ini Ingatan yang membuat ku berpikir kembali untuk pergi Namun aku harus tetap pergi Pergi untuk menggapai cita-citaku Pergi untuk masa depan yang indah Tapi aku pergi untuk kembali

Akur (Puisi)

Karya: Fakhri  Apakah rindu sendiri ini benar? Atau harus diungkapkan? Kepada siapa ku bertanya,dan meminta saran dan jawaban? Jika hatiku saja tak dapat mengatakan bahwa ini Rindu Senyumnya masih terbayang Seorang manusia ini merasakannya kawan! Ya benar merasakan.. Tak terbayang bukan? Sungguh hal yang tak perlu diungkapkan Rantai ini termenung kembali.. Ucap kata dan anggukan kalimat Tak akan pernah keluar Bertahun kemudian mungkin akan keluar Diksi aneh dari aluanan nadanya Dari seorang yang tak sempurna ini "Aku ingin selalu disampingmu"

Hanya Kata (Puisi)

Karya: Punchline  Kata itu indah Menggoda pikir Menjatuhkan akal Jalannya tak pernah sama Kadang penuh drama Kadang singkat tak berirama Kata yg kumaksud tak pernah bisa berdiskusi Dia mandiri Walau kadang menyatukan diri Dia tak pernah bersedia di atur Dia ingin menang sendiri Kata itu bergejolak Penuh dengan keinginan Keinginan untuk memandang Menyentuh Dan segala lainnya Bahkan kata itu selalu ingin memiliki Kata dengan pengucapan yang sederhana Dengan anggapan berbeda Dan arti yang luas bagi setiap insan yang memujanya

Semu (Puisi)

Karya: Zallzabil Kepada kamu,  yang katanya tinggal di sudut kota Ada rasa yang kini membelenggu di dalam dada Ada jiwa yang resah akan masa Terbayang akan jarak terbentang menganga Hey,  langit dan tanah yang kita pijak sama Mengapa mata belum bisa merasa? Menerawang sudut kotamu yang katanya penuh tawa Bukan, maksudku mengapa mata masih meraba? Jadi, rasa seperti senja yang semu Dia indah nan syahdu Tetapi,  diri lupa bahwasannya senja mengajak gelap yang memburu Menerkam rasa dan lupa akan kamu  Kepada kamu,  yang katanya siap menunggu Waktu terkadang mempermaikan hatiku Kata jiwa,  obat rindu adalah temu Ingatkan aku,  jika di sudut kota ada temu yang tengah menunggu