LaRa

Cahaya mencuri waktu untuk masuk

Melalui jendela yang terbuka

Angin menelusuri arah

Layar tipis pada tiap jendela kini sudah bergerak

Menari –nari

            Tak terasa waktu berlalu berjalan begitu saja , rasanya masih sama , selang – selang panjang seperti sudah menjadi temanku , aroma khas rumah sakit sudah tidak asing lagi , ranjang yang sudah akrab denganku , entah sampai kapan ini berakhir.

            Namaku Rara , putri tunggal dari keluarga Simon , ayahku bernama Simon ia bekerja di  salah satu perusahaan swasta di Yogyakarta , sementara ibuku ia bernama Hasna seorang penulis buku anak –anak  , umurku 14 tahun, dulu diriku begitu periang selalu tertawa ,bahkan menjadi salah satu anggota ekstrakurikuler pecinta alam di sekolah , kini  hidupku tidak seperti anak – anak pada umumnya hidupku kini aku habiskan di kamar atau bahkan di rumah sakit , dan kini aku menjadi seorang anak yang pendiam  . Berawal dari satu tahun yang lalu ketika kabar buruk datang menghampiri keluarga kecil yang bahagia ini , aku tidak mengerti mengapa semua ini terjadi kepadaku secara tiba – tiba , surat kecil dari dokter yang dikirimkan kerumahku membuat aku tak berhenti menangis . Aku terkena kanker otak . Hari itu hari yang tidak pernah ingin aku ingat ,ibu dan ayah menangis untuk pertama kalinya dan memeluk tubuhku begitu erat .

            Hari ini terasa begitu cerah , indahnya langit berwarna biru dengan awan putih yang meghiasinya. Ketika selesai kemoterapi aku selalu berdo’a pada Allah untuk menjadikan ini kemoterapi terakhir, agar aku bisa sembuh dan kembali melanjutkan hariku yang bahagia. Setelah pulang dari rumah sakit ibu selalu mengajakku untuk membeli es krim strawberry kesukaanku . Mobilku  berhenti di depan toko es krim langgananku dan ibu , pemiliknya sangat baik hati namanya bu Ratih .Selagi ibu memesan es krim , aku memilih kursi tepat di sebelah jendela kaca yang dibiarkan terbuka agar aku bisa merasakan udara yang masuk . Tak lama Ibu duduk dihadapanku sambil menikmati es krim vanilla favoritnya , “ Bagaimana hari ini apakah kau merasa lebih baik ?”, tanya ibu sambil memperhatikan ku , “ Hmmm , baik bu , rasanya tidak seperti dulu ketika kemo pertama , bahkan sakitnya sudah tidak terasa lagi , teringat dulu aku sering menangis karena rambutku sering rontok ketika kemo , kini tidak lagi , hehe kan aku sudah botak”, senyumku pada ibu , aku lihat dia menyembunyikan kesedihannya padaku , tapi aku harus mencoba untuk tidak terlihat kesakitan didepannya . “Ra , sudah lama kamu homescholling kan, bagaimana jika minggu depan kamu kembali masuk sekolah ?” ,tidak biasa nya ibu berkata seperti itu padahal ia yang dulu memaksaku untuk belajar dirumah saja , dengan mendatangkan guru ke rumah , “Aku ingin bu , tapi kenapa bu ?”, tanyaku padanya ,”Yasudah kalau tidak mau , ibu tarik pesan ibu ya ?“, “Ya , jangan bu , aku mau bu aku mau.” Ibu tersenyum dan mengelus lembut kepalaku .

            Satu minggu berjalan begitu cepat , hari ini aku kembali masuk ke sekolah  , karena letaknya yang lebih dekat dari rumahku ibu memutuskan untuk memindahkanku ke sekolah yang sekarang karena sekolahku yang dulu lebih jauh jaraknya dari rumahku.

            Lorong –lorong sekolah sudah terasa asing , tatapan mata orang – orang begitu tajam ketika aku melewatinya bersama ibu dan ayahku , aku mengerti alasan mereka memperhatikanku karena kepalaku yang botak . Aku masih tertunduk malu , ibu dan ayah mengantarkanku hingga depan kelasku , kelas VIII F ,aku melangkahkan kaki ku masuk kedalam ruangan dengan orang – orang yang tidak ku kenal sebelumnya , guruku memintaku untuk masuk dan memperkenalkan diriku , ayah dan ibu sudah pulang , ibu berjanji untuk menjemputku nanti . Suasana kelas berubah menjadi begitu hening , “Anak- Anak mohon perhatiannya sejenak  , kita kedatangan teman baru , perkenalkan nama ibu Dilla walikelas VIII F , silahkan perkenalkan namamu ,” aku menghela nafasku merasakan kegugupan yang tiba – tiba datang kepadaku “Assalamualaikum , perkenalkan namaku Rara , kalian bisa memanggilku Ra , hobiku membaca , menulis dan aku sangat mencintai alam .” ucapku lega , teman – teman tersenyum kepadaku , ibu Dilla menyuruhku untuk duduk bersama Bella , ia tersenyum begitu manis saatku duduk walaupun aku sudah tau namanya dari ibu Dilla tapi aku tetap harus berkenalan dengannya tapi rasanya malu , tanpa aku sangka dia langsung menyapaku “Hai Ra , namaku Bella , kamu bisa panggil aku dengan lala , hobi kita sama loh” tawanya kepadaku seakan kita sudah lama akrab .

            Tak terasa hari pertamaku di sekolah telah berakhir , jam menunjukkan pukul 2 siang , ibu belum juga sampai sekolah . Lala mengagetkan ku dari belakang, “Hei Ra!” ,”Ya Allah , kau ini mengagetkanku saja .” dia pun duduk disebelahku dan memulai bertanya tanya kepadaku “Ra, kamu itu sakit apa ?” , rasanya canggung sudah lama tidak bercengkrama seperti ini , “Kanker otak.” Lala terlihat terkejut mendengarnya , “Kamu harus semangat Ra ! , oh ya kapan – kapan kita main ya kerumahku ibuku sering membuat kue enak loh , nanti kita bisa belajar membuat bersama-sama .” ,tangannya merangkul diriku , aku tersenyum mengiyakan tawarannya , dari kejauhan mobil ibuku sudah datang , aku berpamitan dengan Lala.

            “Bagaimana , sekolah hari ini ?”, tanya ibu padaku , “Baik ,aku senang , aku kira aku tidak dapat berbaur dengan mereka.” Senyumku sambil memandang ke arah luar dari jendela kaca mobilku , “Kamu sudah mengenal satu nama dari beberapa teman – teman mu itu ?”, tanya ibu sambil mengelus lembut kepalaku , “Ya, namanya Lala , dia begitu riang, ceria , aku seperti melihat sosok ku dulu ketika semua ini belum terjadi , aku harap dia bisa berteman baik denganku , bu .” Ibu tersenyum , aku membenamkan kepalaku di pangkuannya.

            Sesampainya dirumah , ibu membuat sup ayam kesukaanku , aku makan dengan lahap , dan tidak lupa aku sembahyang . Aku terdiam di sudut kamar milikku , menatap kalender yang tertempel di dinding kamar , hari- hari terus berlalu obat-obat sudah beberapa kali aku minum , aku membenamkan kepalaku di kasur , memejamkan mata sejenak , hingga ku bermimpi bermain di langit berlarian menikmati indahnya bunga mawar yang bermekaran , hingga aku tertusuk oleh tangkainya . Suara petir membangunkanku , aku membiarkan tirai jendela ku terbuka .

            Aku suka hujan

            Ketika hujan turun

            Ketika kau menangis

            Hujan akan mengiringinya

            Paginya aku diantar ayah ke sekolah , Lala sudah menungguku di gerbang sekolah ia meminta kepada ayah untuk menemaniku masuk kelas , kini langkahku tidak lagi sendirian , dia menemaniku masuk ke kelas , sebelum bel masuk berbunyi ia menceritakan buku yang ia baca semalam kisah tentang dua orang perempuan yang bertualang di alam bebas , dia bilang kisahnya sangatlah unik dan seru , ia menawarkanku untuk membaca buku novel miliknya , aku mengiyakan nya , ia bilang di rumahnya ia memiliki banyak koleksi buku , ia memintaku untuk pergi kerumahnya hari ini , dan berkenalan dengan orang tuanya , aku belum berjanji aku katakan aku harus meminta izin pada ibuku terlebih dahulu , iya mengiyakannya dan tersenyum  kepadaku . Bel masuk berbunyi , pembelajaran segera dimulai .

            Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang , pembelajaran hari ini sudah selesai , aku membawa handphone dan menelpon ibu , “Ibu , hari ini aku ingin pergi kerumah Lala tidak apa – apa ?, sebentar ko , boleh ya bu.” , “ Iyah boleh ra , tapi jangan sampai malam ya , nanti beri tau tempatnya biar ibu yang jemput kesana yah “ , “Baiklah bu “ , Lala menghampiriku dan bertanya bagaimana , “Boleh”, ia begitu senang mendengarnya  , Lala mengajakku untuk tunggu di depan gerbang karena supirnya sebentar lagi datang.

            Sesampainya di rumah Lala , aku merasakan kesejukkan dirumahnya , banyak bunga yang ia tanam , serta kolam ikan , suara airnya menenangkan jiwaku . Seseorang membukakan pintu untuk kami , ternyata itu ibu Lala , kacamatanya begitu tebal , potongan rambut pendek berponi , ibunya terlihat ramah , ia mengajakku untuk masuk , Lala mengajakku masuk kekamarnya dan memperlihatkan koleksi buku miliknya , benar saja koleksi bukunya begitu banyak tertata rapi di kamarnya, terpajang foto cantiknya ketika lala kecil tepat  di sudut kamar , di salah satu fotonya ada laki – laki berdiri disebelahnya terlihat umurnya yang tidak jauh berbeda , “La , siapa in?” , jariku menujuk kearah fotonya , terlihat wajah Lala yang berubah , namun ia berusaha untuk tenang “Dia kakakku , saat aku kecil dia meninggalkanku , ia meninggal karena kecelakaan pesawat , bersama ayahku , aku masih ingat waktu itu ibu menangis berharian , menjadi kisah terpahit dalam hidupku.” Ucapnya tenang , aku memeluknya erat , aku memang belum begitu banyak bertanya tentang keluarganya . Darinya aku merasa beruntung masih mempunyai kedua orang tua yang menemaniku hingga sekarang , tapi aku masih saja terus mengeluh karena penyakitku , merasa tidak bersemangat untuk hidup dan menutup mataku sendiri , bahwa ada yang begitu berharga di dunia ini , aku tidak boleh berputus asa  . “La , terimakasih ya “ ucapku , “Untuk apa ?” tanyanya padaku , “Tidak,hehe” .

Tiga jam berlalu , aku habiskan waktuku bersama Lala untuk membaca buku  .mendengarnya bercerita, dan membantu ibunya membuat kue , rasanya bahagia sekali , bisa tertawa lagi , seakan sifatnya yang riang membantuku kembali menemukan sifatku yang dulu . Aku beruntung bisa bertemu dengannya dia begitu kuat , dan sangatlah baik . Ponselku tiba – tiba berdering ,kulihat Ibu memanggilku , ia bilang ia sedang dijalan menjemputku . Aku menunggunya sambil berbicara banyak dengan Lala dan ibunya . Cairan berwarna merah menetes dari hidupku , kepalaku kembali merasakan kesakitannya , kulihat Lala dan ibunya panik melihatku , hinggaku melihat cahaya menjadi gelap.

Tuhan ...

Kumohon jangan sekarang...

Aku ingin membahagiakan kedua – orang tua ku

Aku ingin pergi dengan senyuman dari ibu dan ayah

Lampu menyilaukan mataku hingga aku terbangun dari tidur yang sangat panjang , kulihat ibu dan ayah tertidur disamping tempat tidurku , selang-selang sudah terpasang ditubuhku , entah berapa lama aku terbaring disini . Ibu terbangun dan melihat ke arahku , raut wajahnya terlihat bahagia ketika aku terbangun “Ra , kamu sudah bangun ?” , seperti biasa ia mengusap kepalaku dengan lembut , ayah terbangun dan mencium keningku , “Aku baik – baik saja ko ,bu.” Ucapku , sambil tersenyum memeluk kedua orang tuaku .

            Akhirnya aku bisa pulang dari rumah sakit , aku rindu kamarku , aku bergegas menuju kamarku dan membenamkan kamarku di atas tempat tidur . Aku membuka foto-foto kecil diriku yang aku simpan di lemari tempat meja belajarku , rasanya haus , aku pergi melangkahkan kakiku untuk membawa segelas susu di dapur , dari bawah terdengar suara ibu dan ayah yang sedang berbicara , aku mendengar suara ibu yang sedang menangis , perlahan aku mendengarkan pembicaraanya ,  ibu bilang tadi ia bertemu dengan dokter yang biasa memeriksaku , dia bilang umurku sudah tidak lama lagi , bahkan ia bilang hanya tinggal satu bulan lagi. Air mata jatuh dari pipiku , aku melangkahkan kakiku kembali kedalam kamar , aku merasakan kembali keputus asaan dalam hidupku. Tak banyak yang bisa aku lakukan , pikiranku menjadi kacau , aku mengambil air wudhu , dan bercerita dengan Tuhanku , beberapa kali air mata jatuh dari setiap sujudku . Hingga aku kembali tenang .

Sejak kejadian itu , aku tidak bercerita kepada ibu bahwa aku mendengar pembicaraanya , aku selalu berusaha untuk menjalani hidupku seperti biasa . Mungkin ibu sudah bercerita kepada Lala tentang sisa umurku, kini Lala selalu menemaniku bahkan dirumah ,agar aku tidak merasa kesepian , ia selalu berbagi cerita denganku , bahkan menceritakan novel yang ia baca untukku . Hari –hari kujalani dengannya satu minggu lagi ulang tahunku ,dan satu minggu lagi juga sisa vonis yang dokter berikan padaku ,aku meminta ibuku untuk merayakannya kali ini dengan berkemah di alam , aku sangat merindukannya , aku harap itu adalah tempat terakhirku berada di dunia , ibu sempat menolak permintaanku tapi Lala berhasil membujuk ibuku dan Ayah .

2 hari lagi ,persiapan untuk ulang tahunku  benar – benar dipersiapkan sangat matang , ibu membeli banyak dekorasi untuk ia pasang , tidak lupa es krim yang ia pesan dan kue ulang tahun rasa strawberry kesukaanku . Aku tau sebentar lagi aku mungkin akan meninggalkannya . Ketika aku terbangun aku selalu ingin kembali ke masa – masa kecilku .

Waktu berlalu begitu cepat , hingga aku sampai di hari ulang tahunku , dekorasi indah berwarna pink terlihat dominan , pemandangannya juga sangat indah , aku memilih bukit yang letaknya tidak jauh dari rumahku . Satu jam lagi acara dimulai tapi aku tidak melihat ada Lala disini , kemana dia ?, pertanyaan itu terus muncul dibenakku , tidak mungkin dia tidak datang . Acara sudah dimulai , aku tidak melihat ia hadir , rasanya sedih sekali , aku memotong kueku untuk terakhir kalinya dan aku melihat kesekelilingku tidak ada dirinya . Acarapun selesai Lala benar-benar tidak datang. Ponsel ibu berdering terdengar suara isak tangis , ibu memelukku setelahnya “Ra , lala meninggal ia kecelakaan mobil saat ia pergi kesini bersama supirnya , ibunya memberitahu ibu.” , aku menangis dipelukkan ibu , ayah memelukku juga , aku tidak bisa menahan rasa sedih ini .

Aku terus meminta ayah untuk mengantarkanku kerumah sakit untuk melihat Lala , akhirnya ia mengantarkanku bersama ibu . Sesampainya disana , aku berlari melewati lorong – lorong rumah sakit , dan sampai di kamar jenazah , ibunya terlihat terdiam diluar , lalu memelukku erat , aku masuk kedalam ruangan itu , aku melihat Lala untuk terakhir kalinya , ibunya  memberikanku kado yang ia bawa untukku tadi , di atasnya ada sepucuk surat aku duduk dan membacanya dengan sisa air mata yang menetes di pipiku .Tulisannya sangat rapih .

 Selamat ulang tahun Rara , temanku yang cantik dan manis , tetap semangat ya , aku beruntung bertemu denganmu Ra, kamu sangatlah baik , pertama aku melihatmu aku merasa kita sudah seperti saudara ,Ra taukah kamu , ketika kamu sakit, ini adalah cara Tuhan , kamu tau ?, walau perih kamu beruntung tau kapan hidupmu usai, dan menorehkan cerita hidupmu yang bahagia , aku akan selalu menemanimu Ra hingga hari kau pergi meninggalkanku , aku akan tetap mengingatmu sebagai sahabat terbaikku.

                                                            Salam manis ,Lala

Aku menangis , siapa yang tau bahwa hidup tidak akan kita tebak , semua hanya rencana , sisanya Tuhan yang menentukkan , dia meninggalkanku lebih dahulu sebelum aku meninggalkannya .

Wakti berlaru hari yang divonis dokter ternyata aku lewati , hari yang menjadi menjadi mimpi burukku saat ini. Hari ini hasil pemeriksaanku , dokter bilang kankerku sudah menghilang , aku sangat bahagia , ibu dan ayah memelukku erat , aku memintanya untuk mengantarkanku ke makam Lala, ayahku mengiyakan akupun pergi bersama ibu. Teruslah berusaha , jangan patah semangat , dan bersyukur pada Allah. Ucapan yang Lala selalu katakan padaku, aku memeluk ibu dan ayah , dan mengusap nisan Lala , sambil Tersenyum .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Munafik